Sabtu, 09 April 2016

Para Pemborong Buah Untung Besar - Deba Deri Group

Panen Lama, Pemborong Rambutan Untung Besar


Ikat Rambutan - Pekerja pengumpul buah rambutan mengikat rambutan yang baru diturunkan dari pohon di sebuah kebun di Dusun II Desa Klambir Lima Kampung Kecamatan Hamparan Perak, Deliserdang, Selasa (24/9). Musim panen rambutan tahun ini yang relatif panjang di sejumlah daerah membuat para pemborong buah untung besar.
     Panen rambutan tahun ini relatif lama dan tidak serentak dibandingkan Panen tahun 2012 lalu. Namun, sejumlah pemborong buah mengaku, tahun ini mereka memperoleh laba lebih besar dengan kondisi masih berbuahnya sejumlah pohon rambutan di beberapa daerah, seperti di Langkat, Binjai dan Deliserdang.
     "Meski masa panen sudah berlangsung sejak Juli 2013, diperkirakan tiga bulan ke depan atau hingga akhir tahun sejumlah pohon rambutan di beberapa daerah masih berbuah.

     Tahun lalu tidak banyak pohon rambutan berbuah, dan hanya ada pada bulan September hingga Oktober saja," kata Zulkarnaen pemborong buah rambutan saat ditemui MedanBisnis di kebun rambutan Dusun II Desa Klambir Lima Kampung Kecamatan Hamparan Perak, Deliserdang, Selasa (24/9).

     Zulkarnaen yang sudah menekuni usaha tersebut sejak 17 tahun silam, mengatakan, tahun ini ia mencari buah rambutan sampai ke sejumlah perkampungan di Langkat, Binjai dan Deliserdang.

     "Tiga kabupaten kota ini kita lihat pohon rambutan tidak serentak berbuah, sejak bulan Juli lalu kita sudah turunkan buah rambutan dari Stabat, namun di Hamparan Perak, Deliserdang meski juga sudah ada yang dipanen, namun beberapa pohon juga sedang berbungga termasuk di Binjai," kata ayah tiga anak tersebut.

     Dengan mempekerjaan tiga orang sebagai pemanjat dan pengikat rambutan, ia mengaku dalam sehari bisa berpenghasilan Rp 5,5 juta dari buah rambutan yang didrop ke pedagang di Kota Medan.

     "Buah rambutan kami turunkan dari pohonnya pagi hari, dan siang harinya langsung dikirim ke pedagang yang sudah menjadi langganan di Jalan Gajah Mada, Petisah dan Pinang Baris, Medan dengan jumlah buah masing masing 250 gandeng dengan harga per gandeng Rp 11.000 hingga Rp 11.500," ujar pria yang akrab disapa Zul tersebut.

     Zul mengaku, rambutan petani yang diborong sengaja dibatasi penjualannya rata-rata perhari 500 gandeng (satu gandeng dua ikat, berisi 40 buah, red) untuk menyetabilkan harga pasar. "Kalau terlalu banyak dilempar ke pasar harga bisa diturunkan oleh pedagang dengan alasan stok masih banyak," sebutnya.

     Pada musim buah rambutan tahun ini, Zul menyediakan modal Rp 20 juta untuk memborong ratusan pohon rambutan yang berbuah di sejumlah daerah yang menjadi langganan tetapnya.

     "Tahun ini bukan hanya pemborong buah yang untung besar pedagang juga, karena saat ini harga buah rambutan dijual pada konsumen Rp 15.000 per ikat," sebutnya.

     Keuntungan sebagai pemborong buah rambutan juga diakui Ulim. Ia mengaku tahun ini merupakan tahun keberuntungan bagi para pemborong buah maupun pedagang.

     Selain panen buah rambutan di sejumlah daerah diperkirakan berlangsung selama enam bulan dan pohon berbuah secara terpencar, para pengumpul buah bisa berpindah tempat untuk menjual rambutan kepada para pedagang.

     "Rambutan yang saya tolak ke pedagang sebanyak 300 gandeng perhari, dengan harga rata-rata per gandeng Rp 11.000," ujarnya.

     Dia menambahkan sistem memborong buah di pohon selain dihargai saat buah masih berwarna hijau, ada juga pemilik pohon menawarkan dengan jumlah buah yang berhasil diturunkan. "Kalau harga buah kita yang menurunkan, kita hargai saat ini Rp 7.000 per gandeng," ujarnya.

     Seorang pedagang buah di Pasar Petisah, Br Ginting mengatakan, buah rambutan yang dijual sebagain besar berasal dari Hamparan Perak, Deliserdang. "Harga ke konsumen kita jual Rp 15.000 satu gandeng, kalau membeli satu ikat Rp 8.000," ujarnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar