Rabu, 20 April 2016

Sekilas Tentang Rambutan Rapiah - Deba Deri Group



Buahnya ada yang aci

     Buah itu memang disukai karena rasa manisnya yang gurih, disertai aroma lembut yang menyenangkan. Kultivar yang secara tradisional disukai masyarakat ialah rambutan rapiah, hasil pemuliaan di Pasar Minggu, Jakarta. Warna kulit buahnya kuning, dan sesudah masak pun warna itu masih lama kuningnya, tidak cepat berubah merah.

     Nama rapiah (resminya rafiah) agaknya dicomot begitu saja dari penduduk Betawi asli. Tak ada riwayat dalam sejarah asal-usul rambutan rapiah.

     Banyak orang yang fanatik mengatakan, kalau tidak bisa beli rapiah, mending tidak usah beli rambutan sama sekali. Padahal buahnya hanya sebesar gundu bulat (cuma 3 cm panjangnya). Lebih kecil daripada rata-rata rambutan lain yang bisa sampai 5 cm panjangnya. Bobotnya juga cuma 1 g tiap butirnya. Tetapi manisnya bersih, tanpa rasa asam sedikit pun. Bahkan yang masih muda dan kulitnya masih hijau pun sudah manis.

     Lagi pula daging buah itu ngelotok (mudah lepas dari bijinya). Encik dari Malaysia bilang rambutan lekang. Manis dan ngelotok inilah yang membuat si rapiah terkenal aci (baik sekali). Tetapi karena mamang-mamang penjual rambutan di Jabotabek menyebutnya acih, buah itu lalu terkenal sebagai rambutan acih. Lidah tetangganya di pasar menyebut terpeleset: aceh.

     Istilah aceh kemudian ditempelkan pada segala macam rambutan lain yang rasanya manis dan ngelotok. Atau dimanis-maniskan dan dikelotok-kelotokkan.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar