Jumat, 22 April 2016

Pulasan, Simanis yang Langka - Deba Deri Group



Pulasan, si Manis yang Langka



Anda tahu buah apa yang bersanding di dekat pisang barangan itu? Rambutan? Bukan kawan, perhatikan kulit buahnya. Rambutan mempunyai bulu atau rambut-rambut yang agak panjang, sedang buah di atas enggak. Layaknya kepala, seperti dipangkas plontos 1 cm. Adalah pulasan atauNephelium mutabile dalam bahasa ilmiah. Merupakan salah satu jenis buah tropis yang tergolong family Sapindaceae, saudara sepupu rambutan.

Ceritanya begini. Kemarin pagi, Ahad, 15 Desember 2013, seperti biasa, saya ke pasar untuk berbelanja kebutuhan dapur. Biasalah, mulai dari ikan, sayuran, aneka bumbu, buah dan kebutuhan pendukung lain. Saat melewati los sayuran, tiba-tiba pandangan saya selingkuh ke sebuah onggokan buah berwarna merah hati di ujung gang sempit. Setelah selesai membayar labu siam, wortel, jagung manis dan tomat, saya langsung mendekati si buah cantik itu. Saya pikir rambutan berukuran jumbo, semacam rambutan Aceh atau rambutan Binjai gitu. Maklum, sekarang kan lagi musim rambutan. Eeh, ternyata bukan. Buahnya jelas berukuran lebih besar dari rambutan. Saya tanya-tanya ke penjualnya. Rupanya si ibu penjual itu hanya berjualan seminggu sekali tiap hari Ahad. Beliau adalah penduduk yang tinggal di pedalaman, berpuluh-puluh km jauhnya dari pasarPangkalan Kerinci. Nah, si buah yang namanya pulasan itu beliau dapat dari hutan sekitarPelalawan. Buah rambutan liar. Keberadaannya sudah sangat langka saat ini. Saya beli 1 ikat berisi 8 butir pulasan dengan harga Rp 4.000,-. Untuk membandingkan, saya juga membeli rambutan, 1 kg dibandrol dengan harga Rp 5.000,-. Cukup murah untuk ukuran buah musiman.

Sampai di rumah, saya yang penasaran sama buah cantik itu langsung mencicipi. Kulitnya sangat renyah dibuka. Tidak seperti kulit rambutan yang agak alot dibuka. Isinya mirip dengan rambutan, bahkan hampir tak ada bedanya. Daging buahnya lembut digigit. Rasanya ringan, segar, manis dan beraroma seperti buah bebesaran atau murbei. Tahukan buah murbei? Itu lho, buah yang saat masak berwarna ungu kemerahan, bentuknya kecil-kecil beruntai seperti anggur.



Nah dari foto di atas, bisa dibandingkan betapa besarnya buah pulasan itu ketimbang rambutan kan? Namun Anda yang ingin mencicipi buah itu harus hati-hati karena daging buahnya lengket dengan biji. Tak mudah terlepas saat di makan, tak seperti rambutan Aceh. Bagi anak-anak, sebaiknya didampingi orang dewasa saat menyantap buah manis itu. Dikhawatirkan anak-anak akan tersedak saat berusaha memisahkan daging buah dengan bijinya.

Pulasan berbuah 2 kali dalam setahun, seperti rambutan. Di sini, pulasan tidak dibudidayakan, namun tumbuh liar di hutan. Tapi tak jarang ditemukan juga di pekarangan penduduk yang tinggal di pinggiran hutan atau pelosok.  Selain buahnya, akar pohon pulasan juga bisa dimanfaatkan sebagai obat turun panas. Caranya dengan merebus akar pohon itu, kemudian diambil air rebusannya untuk memandikan atau mengompres si penderita demam. Saya mengumpulkan biji pulasan yang kami makan kemarin. Rencananya akan saya semai, kemudian saya tanam di pekarangan. Semoga berhasil.


3 komentar:

  1. Mbak, kok ngambil gambar dan copas artikel saya tanpa izin. Ini foto saya, tp kenapa sampeyan watermark?? Bikin dong artikel sendiri...

    BalasHapus
  2. Klo mau beli buah palasannya dmn dan sama siapa

    BalasHapus