Terapi Tanaman Rambutan Yang Kurus-Kering
Akibat “Gizi Buruk”
Anda tidak salah baca
dengan judul di atas. Istilah “gizi buruk” memang bukan monopoli manusia saja,
melainkan juga bisa menimpa tanaman maupun binatang. Mungkin dalam istilah anak
kuliahan, gizi buruk pada tanaman bisa diartikan sebagai defisiensi unsur hara, yakni
kekurangan nutrisi yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan berkembang.
Mengapa tanaman rambutan
kami kurus kering? Karena memang kami sengaja mengondisikannya seperti
itu, yaitu membiarkannya tanpa memberikan makanan/nutrisi atau pupuk dalam waktu
yang cukup lama (dalam kasus ini 6 bulan). Ibarat orang “berpuasa” teus
menerus, wajar kalau kondisi tanaman nampak lemes, perkembangan lambat, miskin
tunas dan cabang, malas berbuah, rentan terhadap hama dan penyakit, batang dan
tangkai kurus — benar-benar seperti tersiksa.
Kondisi Tanaman Sebelum Diterapi
Gambar 1. Kondisi tanaman
rambutan sebelum diterapi: pertumbuhan terhambat, daun tidak lebat, ranting
sedikit dan kecil-kecil, terserang hama cukup parah. Berbuah tapi hanya
beberapa butir… hik hik… (Pemotretan tanggal 1 Januari 2013)
Duh… baru kami sadari
beberapa saat sebelum menulis artikel ini, bahwa apa yang kami lakukan ini
sepertinya “tak berperikepohonan” Yang namanya
mahluk hidup, mungkin tanaman juga sama merasakan lapar, sakit dan menderita
kalau tak dapat makanan, sama seperti kita. Toh, binatang juga merasakan
demikian…. (Jadi merasa berdosa, nih… astagfirullah…)
Tujuan kami “mempuasakan”
tanaman rambutan ini tidak lain adalah untuk menunjukkan kepada pemirsa sejauh
mana efek Pupuk Organik Cair BMW terhadap tanaman yang “sekarat”. Kami ingin
memperlihatkan bahwa POC BMW bisa dipakai untuk menerapi tanaman yang mengalami
defisiensi hara, atau tanaman yang mandul/malas bercabang, miskin daun dan
bahkan nyaris mati.
Kali ini kami sengaja
memilih tanaman buah, rambutan. Meskipun begitu, POC BMW bisa dipakai untuk
hampir semua jenis tumbuhan, mulai dari sayuran, padi, tanaman keras,
umbi-umbian (singkong, ubi, kentang, wortel, dll.), buah-buahan (jeruk,
rambutan, mangga, pepaya, nangka, alpukat, pisang, durian, apel, buah naga,
strawberi, anggur, nanas, semangka, melon, markisa, sawo, belimbing, jambu,
petai, jengkol, sawit, kelapa, kakau/coklat, dll.), sampai bunga/tanaman hias.
Tanaman rambutan kami di
atas masih muda, ditanam di pekarangan kantor kami di antara tembok dan tembok.
Walhasil, tanaman ini musti “disuapin” terus dengan pupuk secara berkala agar
mendapatkan nutrisi yang cukup, karena terbatasnya ruang bagi akar untuk
menjangkau “makanan” di sekitarnya.
Seperti yang sahabat
organik saksikan pada Gambar 1 di atas, tanaman kami nampak kurang subur. Daun
tidak lebat bahkan banyak yang menguning dan rontok, daun juga kecil-kecil
dengan warna hijau kusam-gelap, percabangan sedikit dan ranting-rantingnya
mudah patah. Bila disaksikan lebih dekat, akan nampak serangan hama cukup parah
terutama oleh kutu putih/kutu kebul (whitefly).
Kondisi Tanaman Sesudah Diterapi dengan
POC BMW
Gambar 2. Tanaman mulai montok setelah diterapi 1 minggu dengan POC BMW – (pemotretan tanggal 26 Maret 2013)
Gambar 3. Tunas-tunas baru
bermunculan di bagian atas tanaman.
Metode Terapi Yang Dilakukan
Gambar 2 di atas adalah
kondisi tanaman saat ini (26 Maret 2013) setelah diterapi selama 7 hari, yakni
dengan disiram POC BMW dengan dosis 2 tutup botol POC yang diencerkan dengan 10
liter air, kemudian disiramkan ke tanaman sebanyak 1 liter per hari.
Hasilnya pada hari ke-4,
tanaman mulai nampak “sumringah”, daun berangsur hijau segar, cabang-cabang
baru di bagian atas bermunculan dengan daun-daun mini yang segar. Daun-daun
yang kurang sehat satu persatu kuning berguguran, digantikan daun-daun baru
yang hijau segar mengkilap.
Pada hari ke-7 setelah
terapi, tanaman benar-benar nampak montok, rimbun dengan daun dan percabangan
baru yang terus bermunculan. (Saat ini memang sudah selesai musim berbuah).
Hormon Yang Kompak Mempengaruhi
Pertumbuhan Tanaman
Satu hal yang menarik,
selain cabang-cabang baru bermunculan pesat di bagian atas, kami temukan juga
dua tunas atau cabang baru di pangkal atau bagian bawah pokok tanaman. Kondisi
ini jarang terjadi, tetapi inilah yang kami dapati.
Gambar 4. Pengaruh hormon
yang kompak dalam POC BMW memunculkan tunas/percabangan baru di pangkal
tanaman.
Munculnya percabangan
baru di bagian pangkal tanaman besar kemungkinan dipicu oleh hormon yang kompak
dalam POC BMW, disamping nutrisi hara makro-mikro sebagai “energi” pendorong.
Dalam ilmu tumbuhan, kelompok hormon yang berperan penting dalam mensupport pertumbuhan
tunas adalah sitokinin. Hormon ini akan saling mempengaruhi dengan hormon-homon
lainnya, terutama auksin, sehingga konsentrasinya di dalam tanaman haruslah
tepat agar menghasilkan tanaman yang tumbuh subur dan produktif sesuai harapan.
Gambar 5. Tunas/percabangan
baru yang nampak bongsor dan sehat.
Sahabat organik lihat
bahwa tunas atau percabangan baru ini nampak sehat, bongsor, daunnya hijau
segar dan lebar. Sepertinya kelak akan menjadi percabangan dengan vigor yang
kuat.
Gambar 6. Dibutuhkan
perlakuan yang intensif dan telaten jika ingin merawat percabangan baru ini
tumbuh sehat dan kuat di kemudian hari.
Serangan Hama Pun Ngacirrr
Daun-daun yang semula
sakit karena kekurangan hara berangsur-angsur pulih. Dalam seminggu saja
diterapi, tanaman kami sudah nampak rimbun dan sehat. Mantapnya lagi, serangan
hama kutu kebul yang sebelumnya menggasak tanaman kami, sekarang lenyap entah
kemana. Ada aroma “khas” memang pada produk POC kami, di mana aroma ini tidak
disukai oleh beberapa jenis hama tanaman. Meskipun begitu, produk ini bukanlah
dirancang untuk pestisida, karena tidak begitu kuat, oleh karena itu kami tetap
menyarankan Anda untuk menggunakan pestisida (organik) jika bermaksud ingin
menanggulangi hama.
Untuk urusan hama,
cobalah pemirsa menggunakan produk insektisida organik kami yaitu ANTILAT. Produk yang satu ini memang jagoannya dalam
memberangus beragam hama tanaman budidaya, antara lain: kutu-kutuan (kutu
kebul/kutu putih, thrips, aphid, kutu daun), belalang, walang sangit, wereng,
lalat buah, ulat grayak, ulat kubis (plutella), penggorok daun. Coba lihat,
satu produk bisa untuk menanggulangi beragam jenis hama sekaligus… Hemat di
kantong bukan..??
Gambar 7. Daun-daun yang
semula sakit karena kekurangan hara berangsur-angsur pulih, serangan hama kutu
kebul pun lenyap.
Saran Untuk Sahabat
Jika Sahabat ingin
melakukan hal yang sama menerapi tanaman buah yang “sekarat” karena kekurangan
hara, cobalah POC BMW. Sahabat tidak perlu melibatkan banyak pupuk kimia (NPK
atau lainnya), cukup 30% saja dari dosis biasa. Hal ini karena POC BMW sudah
mengandung unsur hara MAKRO maupun MIKRO siap-makan dalam komposisi yang bisa menggantikan
peran pupuk kimia sampai 70%. Bahkan jika Sahabat menyemprotkan/mengocorkan POC
BMW lebih sering lagi, misalnya seminggu sekali, tanaman Anda bahkan tidak
membutuhkan pupuk kimia lagi. Syaratnya adalah HARUS RUTIN.
Petunjuk Penggunaan untuk Terapi Tanaman
Buah
1.
Campurkan 2 tutup botol POC BMW dengan 1
ember air (10 liter)
2.
Semprotkan ke tanaman sampai basah kuyup,
atau siramkan 1 liter ke tanah. (Bila dikombinasikan akan lebih baik).
3.
Ulangi selama 7 hari berturut-turut (untuk
terapi awal).
4.
Selanjutnya ulangi penyemprotan/pengocoran
POC BMW ini per 1 atau 2 minggu sekali secara rutin (untuk pemeliharaan).
Catatan:
- Dengan
resep/cara di atas, Anda tidak perlu menambahkan pupuk kimia lagi untuk
memupuk tanaman.
- Bila
Anda keukeuh ingin
menambahkan pupuk kimia/NPK (karena mungkin merasa kurang afdol), berikan
30% saja dari dosis biasa Anda. Lalu penyemprotan POC BMW 2 minggu sekali.
- Kompos
atau pupuk kandang yang telah matang boleh juga ditambahkan (jika
diinginkan), bisa pula batang pohon pisang yang dicacah. Kubur di sekitar
perakaran tanaman secara melingkar. Dosisnya kira-kira 5 kg per pohon.
Akan lebih sip hasilnya bila pupuk kandang/kompos/batang pisang tesebut
disemprot POC BMW terlebih dulu agar mudah terurai dan cepat diserap
tanaman.
Monggo dicoba…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar