Sabtu, 09 April 2016

Terapi Tanaman Rambutan Yang Kurus-Kering Akibat “Gizi Buruk” - Deba Deri Group

Terapi Tanaman Rambutan Yang Kurus-Kering Akibat “Gizi Buruk”

Anda tidak salah baca dengan judul di atas. Istilah “gizi buruk” memang bukan monopoli manusia saja, melainkan juga bisa menimpa tanaman maupun binatang. Mungkin dalam istilah anak kuliahan, gizi buruk pada tanaman bisa diartikan sebagai defisiensi unsur hara, yakni kekurangan nutrisi yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh dan berkembang.
Mengapa tanaman rambutan kami kurus kering? Karena memang kami sengaja mengondisikannya seperti itu, yaitu membiarkannya tanpa memberikan makanan/nutrisi atau pupuk dalam waktu yang cukup lama (dalam kasus ini 6 bulan). Ibarat orang “berpuasa” teus menerus, wajar kalau kondisi tanaman nampak lemes, perkembangan lambat, miskin tunas dan cabang, malas berbuah, rentan terhadap hama dan penyakit, batang dan tangkai kurus — benar-benar seperti tersiksa.
Kondisi Tanaman Sebelum Diterapi


Gambar 1. Kondisi tanaman rambutan sebelum diterapi: pertumbuhan terhambat, daun tidak lebat, ranting sedikit dan kecil-kecil, terserang hama cukup parah. Berbuah tapi hanya beberapa butir… hik hik… (Pemotretan tanggal 1 Januari 2013)


Duh… baru kami sadari beberapa saat sebelum menulis artikel ini, bahwa apa yang kami lakukan ini sepertinya “tak berperikepohonan”  Yang namanya mahluk hidup, mungkin tanaman juga sama merasakan lapar, sakit dan menderita kalau tak dapat makanan, sama seperti kita. Toh, binatang juga merasakan demikian…. (Jadi merasa berdosa, nih…  astagfirullah…)
Tujuan kami “mempuasakan” tanaman rambutan ini tidak lain adalah untuk menunjukkan kepada pemirsa sejauh mana efek Pupuk Organik Cair BMW terhadap tanaman yang “sekarat”. Kami ingin memperlihatkan bahwa POC BMW bisa dipakai untuk menerapi tanaman yang mengalami defisiensi hara, atau tanaman yang mandul/malas bercabang, miskin daun dan bahkan nyaris mati.

Kali ini kami sengaja memilih tanaman buah, rambutan. Meskipun begitu, POC BMW bisa dipakai untuk hampir semua jenis tumbuhan, mulai dari sayuran, padi, tanaman keras, umbi-umbian (singkong, ubi, kentang, wortel, dll.), buah-buahan (jeruk, rambutan, mangga, pepaya, nangka, alpukat, pisang, durian, apel, buah naga, strawberi, anggur, nanas, semangka, melon, markisa, sawo, belimbing, jambu, petai, jengkol, sawit, kelapa, kakau/coklat, dll.), sampai bunga/tanaman hias.
Tanaman rambutan kami di atas masih muda, ditanam di pekarangan kantor kami di antara tembok dan tembok. Walhasil, tanaman ini musti “disuapin” terus dengan pupuk secara berkala agar mendapatkan nutrisi yang cukup, karena terbatasnya ruang bagi akar untuk menjangkau “makanan” di sekitarnya.

Seperti yang sahabat organik saksikan pada Gambar 1 di atas, tanaman kami nampak kurang subur. Daun tidak lebat bahkan banyak yang menguning dan rontok, daun juga kecil-kecil dengan warna hijau kusam-gelap, percabangan sedikit dan ranting-rantingnya mudah patah. Bila disaksikan lebih dekat, akan nampak serangan hama cukup parah terutama oleh kutu putih/kutu kebul (whitefly).
Kondisi Tanaman Sesudah Diterapi dengan POC BMW


Gambar 2. Tanaman mulai montok setelah diterapi 1 minggu dengan POC BMW – (pemotretan tanggal 26 Maret 2013)



Gambar 3. Tunas-tunas baru bermunculan di bagian atas tanaman.
 Metode Terapi Yang Dilakukan


Gambar 2 di atas adalah kondisi tanaman saat ini (26 Maret 2013) setelah diterapi selama 7 hari, yakni dengan disiram POC BMW dengan dosis 2 tutup botol POC yang diencerkan dengan 10 liter air, kemudian disiramkan ke tanaman sebanyak 1 liter per hari.

Hasilnya pada hari ke-4, tanaman mulai nampak “sumringah”, daun berangsur hijau segar, cabang-cabang baru di bagian atas bermunculan dengan daun-daun mini yang segar. Daun-daun yang kurang sehat satu persatu kuning berguguran, digantikan daun-daun baru yang hijau segar mengkilap.
Pada hari ke-7 setelah terapi, tanaman benar-benar nampak montok, rimbun dengan daun dan percabangan baru yang terus bermunculan. (Saat ini memang sudah selesai musim berbuah).

Hormon Yang Kompak Mempengaruhi Pertumbuhan Tanaman
Satu hal yang menarik, selain cabang-cabang baru bermunculan pesat di bagian atas, kami temukan juga dua tunas atau cabang baru di pangkal atau bagian bawah pokok tanaman. Kondisi ini jarang terjadi, tetapi inilah yang kami dapati.


Gambar 4. Pengaruh hormon yang kompak dalam POC BMW memunculkan tunas/percabangan baru di pangkal tanaman.

Munculnya percabangan baru di bagian pangkal tanaman besar kemungkinan dipicu oleh hormon yang kompak dalam POC BMW, disamping nutrisi hara makro-mikro sebagai “energi” pendorong. Dalam ilmu tumbuhan, kelompok hormon yang berperan penting dalam mensupport pertumbuhan tunas adalah sitokinin. Hormon ini akan saling mempengaruhi dengan hormon-homon lainnya, terutama auksin, sehingga konsentrasinya di dalam tanaman haruslah tepat agar menghasilkan tanaman yang tumbuh subur dan produktif sesuai harapan.


Gambar 5. Tunas/percabangan baru yang nampak bongsor dan sehat.

Sahabat organik lihat bahwa tunas atau percabangan baru ini nampak sehat, bongsor, daunnya hijau segar dan lebar. Sepertinya kelak akan menjadi percabangan dengan vigor yang kuat.


Gambar 6. Dibutuhkan perlakuan yang intensif dan telaten jika ingin merawat percabangan baru ini tumbuh sehat dan kuat di kemudian hari.

Serangan Hama Pun Ngacirrr 
Daun-daun yang semula sakit karena kekurangan hara berangsur-angsur pulih. Dalam seminggu saja diterapi, tanaman kami sudah nampak rimbun dan sehat. Mantapnya lagi, serangan hama kutu kebul yang sebelumnya menggasak tanaman kami, sekarang lenyap entah kemana. Ada aroma “khas” memang pada produk POC kami, di mana aroma ini tidak disukai oleh beberapa jenis hama tanaman. Meskipun begitu, produk ini bukanlah dirancang untuk pestisida, karena tidak begitu kuat, oleh karena itu kami tetap menyarankan Anda untuk menggunakan pestisida (organik) jika bermaksud ingin menanggulangi hama.
Untuk urusan hama, cobalah pemirsa menggunakan produk insektisida organik kami yaitu ANTILAT. Produk yang satu ini memang jagoannya dalam memberangus beragam hama tanaman budidaya, antara lain: kutu-kutuan (kutu kebul/kutu putih, thrips, aphid, kutu daun), belalang, walang sangit, wereng, lalat buah, ulat grayak, ulat kubis (plutella), penggorok daun. Coba lihat, satu produk bisa untuk menanggulangi beragam jenis hama sekaligus… Hemat di kantong bukan..?? 



Gambar 7. Daun-daun yang semula sakit karena kekurangan hara berangsur-angsur pulih, serangan hama kutu kebul pun lenyap.

Saran Untuk Sahabat
Jika Sahabat ingin melakukan hal yang sama menerapi tanaman buah yang “sekarat” karena kekurangan hara, cobalah POC BMW. Sahabat tidak perlu melibatkan banyak pupuk kimia (NPK atau lainnya), cukup 30% saja dari dosis biasa. Hal ini karena POC BMW sudah mengandung unsur hara MAKRO maupun MIKRO siap-makan dalam komposisi yang bisa menggantikan peran pupuk kimia sampai 70%. Bahkan jika Sahabat menyemprotkan/mengocorkan POC BMW lebih sering lagi, misalnya seminggu sekali, tanaman Anda bahkan tidak membutuhkan pupuk kimia lagi. Syaratnya adalah HARUS RUTIN.

Petunjuk Penggunaan untuk Terapi Tanaman Buah
1.     Campurkan 2 tutup botol POC BMW dengan 1 ember air (10 liter)
2.     Semprotkan ke tanaman sampai basah kuyup, atau siramkan 1 liter ke tanah. (Bila dikombinasikan akan lebih baik).
3.     Ulangi selama 7 hari berturut-turut (untuk terapi awal).
4.     Selanjutnya ulangi penyemprotan/pengocoran POC BMW ini per 1 atau 2 minggu sekali secara rutin (untuk pemeliharaan).
Catatan:
  • Dengan resep/cara di atas, Anda tidak perlu menambahkan pupuk kimia lagi untuk memupuk tanaman.
  • Bila Anda keukeuh ingin menambahkan pupuk kimia/NPK (karena mungkin merasa kurang afdol), berikan 30% saja dari dosis biasa Anda. Lalu penyemprotan POC BMW 2 minggu sekali.
  • Kompos atau pupuk kandang yang telah matang boleh juga ditambahkan (jika diinginkan), bisa pula batang pohon pisang yang dicacah. Kubur di sekitar perakaran tanaman secara melingkar. Dosisnya kira-kira 5 kg per pohon. Akan lebih sip hasilnya bila pupuk kandang/kompos/batang pisang tesebut disemprot POC BMW terlebih dulu agar mudah terurai dan cepat diserap tanaman.
Monggo dicoba… 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar